50
Here you can see all page revisions and compare the changes have been made in each revision. Left column shows the page title and transcription in the selected revision, right column shows what have been changed. Unchanged text is highlighted in white, deleted text is highlighted in red, and inserted text is highlighted in green color.
8 revisions | Mulaika Hijas at Aug 21, 2019 09:41 AM | |
---|---|---|
50Makin sangat ia menangis // Leher dipeluk tangan ditepis Bujuk dengan kata yang manis // Seperti sakar madu kandis Aria ningsun emas juwita // Tuan kasihan apalah beta Sampaikan apa hasrat cita // Berahi kekanda tiada mendarita Haraplah kakak tiadalah dua // Akan tuanku utama jiwa Hendak kakak tiadalah dua // Akan tuanku utama jiwa (scribal error) Hendak kakak tuan sukakan jua // Biarlah kekanda membuang nyawa ...wasnya? kakak setelah lah nyata // Sahaja dimurkai oleh Sang Nata Tambahan kekanda kakak Gajah Seberata // Tiadalah suka beriparkan beta Berkata itu sambil tertawa // Manis seperti gula derawa Tiadalah takut membuang nyawa // Ken Lamlam Aras pun menangis jua Kedengaran pada Ken Silawati // Orang menangis tiada berhenti Pada tempat saudaranya berdebar hati // Segera ia bangun didapati Didengarnya suara laki laki bercumbu // Bunyi seperti buluh perindu Seperti kumbang menyerang bunyinya merdu // Segera disingkapnya tirai baldu | 50Makin sangat ia menangis // Leher dipeluk tangan ditepis Bujuk dengan kata yang manis // Seperti sakar madu kandis Aria ningsun emas juwita // Tuan kasihan apalah beta Sampaikan apa hasrat cita // Berahi kekanda tiada mendarita Haraplah kakak tiadalah dua // Akan tuanku utama jiwa Hendak kakak tiadalah dua // Akan tuanku utama jiwa (scribal error) Hendak kakak tuan sukakan jua // Biarlah kekanda membuang nyawa ...wasnya? kakak setelah lah nyata // Sahaja dimurkai oleh Sang Nata Tambahan kekanda kakak Gajah Seberata // Tiadalah suka beriparkan beta Berkata itu sambil tertawa // Manis seperti gula derawa Tiadalah takut membuang nyawa // Ken Lamlam Aras pun menangis jua Kedengaran pada Ken Silawati // Orang menangis tiada berhenti Pada tempat saudaranya berdebar hati // Segera ia bangun didapati Didengarnya suara laki laki bercumbu // Bunyi seperti buluh perindu Seperti kumbang menyerang bunyinya merdu // Segera disingkapnya tirai baldu |