41

OverviewTranscribeVersionsHelp

Here you can see all page revisions and compare the changes have been made in each revision. Left column shows the page title and transcription in the selected revision, right column shows what have been changed. Unchanged text is highlighted in white, deleted text is highlighted in red, and inserted text is highlighted in green color.

8 revisions
Mulaika Hijas at Aug 21, 2019 09:10 AM

41

Seperti berhala emas sepuluh mutu // Bagaikan lenyap dipandang di situ

Dinaungi pohon nagasari // Kena sinar matahari
Cemerlang parasnya durja berseri // seperti anakan bidadari

Makin menambah manis rupanya // Sepertikan lenyap pada pandangannya
Lalu didapatkan segeranya // Duduk dekat saudaranya

Katanya sudahkah tuan mandi // Sahut Ken Lamlam Arsa belum lagi
Dingin rasa tubuh beta tadi // Tiada sedap kekanda dari pagi

Berdebar2 rasanya hati / Seperti orang hendak mati
Apa gerangan demikian pekerti // Tiadalah beta tahukan erti

Ken Sila Wati berkata seraya memandang // Marilah tuan kita pulang
Kalau larat sakit wajah gemilang // Kerana hari pun hampirlah petang

Ken Lamlam Arsa berdiri memakai tapihnya // Oleh Ken Sila Wati dipimpin tangannya
Dibawa pulang ke rumahnya // Lalu masuk ke tempat tidurnya

Ken Lamlam Arsa berbaring di atas tilam // Letih lesu durjana suram
Berdebarlah hatinya di dalam // Sayu belas rasanya muram

kata Ken Silawati...

41

Seperti berhala emas sepuluh mutu // Bagaikan lenyap dipandang di situ

Dinaungi pohon nagasari // Kena sinar matahari
Ce/Jemerlang parasnya DiRaja berseri // seperti anakan bidadari

Makin menambah manis rupanya // Sepertikan lenyap pada pandangannya
Lalu didapatkan segeranya // Duduk dekat saudaranya

Katanya sudahkah tuan mandi // Sahut Ken Lamlam Arsa belum lagi
Dingin rasa tubuh beta tadi // Tiada sedap kekanda dari pagi

Berdebar2 rasanya hati[-hati?] // Seperti orang hendak mati
Apa gerangan demikian pekerti // Ttiadalah beta tahukan erti

Ken Sila Wati berkata seraya memandang // Marilah tuan kita pulang
Kalau larat [larut?] sakit wajah gemilang // Kerana hari pun hampirlah petang

Ken Lamlam Arsa berdiri memakai tapihnya // Oleh Ken Sila Wati dipimpin tangannya
Dibawa pulang ke rumahnya // Lalu masuk ke tempat tidurnya

Ken Lamlam Arsa berbaring di atas tilam // Letih lesu durjana suram
Berdebarlah hatinya di dalam // Sayu belas rasanya muram

kata Ken Silawati...